yang juga mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung)
Jumat, 06 September 2013
15.44
No comments
Remaja Harus “GENRE”
(M.Mansyur , Duta Mahasiswa BKKBN 2012
yang juga mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung)
yang juga mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung)
Remaja saat ini
seakan menjadi momok menakutkan bagi keberlangsungan RI yang madani. Remaja
Indonesia dekade 2000-an ini sangat berbeda dengan remaja generasi sebelumnya.
Era globalisasi menyediakan pilihan informasi yang sangat kaya bagi siapa saja
termasuk bagi para remaja . globalisasi informasi disadari atau tidak,telah
meliberalisasi cara berfikir , cara bersikap dan cara bertindak generasi muda. Dan
diantara perubahan dari transisi tersebut ada yang positif dan ada pula yang
negatif,untuk kenegatifan itu merefleksi pada pola hidup remaja dengan
memberikan pengaruh buruk bagi individu atau sekitarnya. Yang dalam hal ini sering
disebut dengan kenakalan remaja.
Remaja dan
permasalahannya
Permasalahan remaja saat ini sangat kompleks dan
mengkhawatirkan.dikarenakan para remaja mempunyai sifat yang permissif dengan gaya hidup masa kini. Kekhawatiran permasalahan inipun sangat
beralasan,seperti yang dapat dilihat dari hasil-hasil penelitian para lembaga.
Contohnya menurut survey Komnas Perlindungan Anak di 33 provinsi 2008
menyimpulkan : 97 % remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno,93,7 % pernah
kissing ,genital stimulation dan oral sex, 21,2 % remaja
mengaku pernah aborsi. Data BNN pada tahun 2008 mendapatkan data bahwa 1,5 %
dari jumlah penduduk Indonesia (sekitar 3,2 juta jiwa) adalah pengguna narkoba.
Diketahui pula dari jumlah tersebut 78 % diantaranya adalah remaja dan dari
data tersebut sekitar 800.000 diantara
remaja madat narkoba adalah pelajar dan mahasiswa menggunakan jarum suntik.
Sebesar 60 % dari pengguna jarum suntik tersebut sudah terjangkit HIV/AIDS. Di
pertegas pula oleh data dari Depkes-maret 2009,secarta komulatif jumlah kasus
AIDS adalah sebesar 16.964 kasus dan 53.58% dari jumlah tersebut adalah remaja.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku sebagian besar
remaja Indonesia saat ini cenderung tidak sehat. Untuk kelompok remaja yang berperilaku
seperti ini pastilah tidak dapat dikatakan sebagai asset keluarga ,masyarakat
dan bangsa. Nah,pertanyaanya adalah,mengapa remaja Indonesia berperilaku tidak
sehat seperti itu? ,salah satu penyebab
kenakalan remaja adalah karena para remaja kurang memahami dan kurang mendapatkan
informasi mengenai pengetahuan kesehatan remaja ,juga tidak mempraktekan pola hidup
sehat.
Adapun sebab-sebab lain dari permasalahan remaja tersebut seperti lingkungan keluarga
yang terjadi Disharmonisasi didalamnya,lingkungan sekolah yang kurang
mendisiplinkan siswanya,lingkungan masyarakat sekitarnya,media yang
dioperasikan ke hal-hal negative,bahkan dari kelompok sebaya tersebut. Jika
dalam kehidupan remaja seperti dilingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat
,remaja merasa tidak nyaman (comfortable) dalam teori sosiologi
(sunarti,2008) disebut kehidupan yang “hurry –busy and lonely crowd” .
kesepian dalam keramaian,maka kehidupan remaja dilingkungan dimedia massa dan
kelompok sebaya merasa “Betah” dan menikmati,dalam teori organisasi sebagai
system dynamis (stahle,2001) disebut sebagai kehidupan yang “establishing
relationship and connected” atau menyambung dan menyatu.
Namun sayangnya,kedua ciri kehidupan remaja ini ,yaitu : kesepian
dalam keramaian dan menyambung – menyatu ,tampaknya masing-masing mempunyai
andil tersendiri terhadap perilaku tidak sehat remaja. Kehidupan yang tidak
nyaman dalam keluarga ,sekolah dan masyarakat mendorong para remaja mencari
kehidupan atau lingkungan yang lebih “pas” dengan perkembangan mereka,yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman masa kini. Dan lingkungan yang dicari itu
diketemukan dilingkungan media massa,terutama website,telpon seluler,TV dan
radio. Jika hijrahnya remaja kepada lingkungan seperti itu tanpa didasari
dengan mental sehat dan didukan oleh teman sebaya lainnya,tidaklah heran jika
pornografi,informasi-informsi tak bermoral lainnya yang mereka cari dan jalani
demi kepuasan tersendiri. Lalu,jika kebebasan demi kebebasan negatif telah
menjadi bagian hidup remaja,maka terjadilah perilaku seksual pranikah,konsumsi
narkoba,dan sebagai ikatannya terjangkit HIV/AIDS,yang datanya telah ditunjukan
diatas.
Harus “GENRE”
Sudah harusnya meyakinkan diri kembali jika remajalah penerus masa
depan sejati,terkhsus untuk lampung: dari jumlah penduduk lampung yang mencapai
7,5 juta jiwa dan 30 %-nya merupakan remaja usia 10- 24 tahun . Lampung 5 tahun
– 20 tahun kedepan di tentukan oleh remaja saat ini, namun jika para pendidik
dan Pembina remaja saat ini lengah,janganlah heran jika di kemudian hari
lampung dipimpin dan di pegang alih oleh para penguasa yang konsumtif
narkoba,pelaku free sex,pengidap HIV/AIDS karena penularan negative,dan
sebagainya yang kian merajalela saat ini. Pastilah kita tidak ingin ini semua
terjadi,maka jalan satu-satunya adalah dengan membantu para remaja menjadi
“GENRE”(generasi berencana).
Bagi para orang tua ,pendidik atau konselor sebaya , sampai ke
komponen pemerintahan, tentunya harus sudah mengetahui perpsketif tugas
perkembangan kehidupan remaja (adolescent tasks development) sebagai
masa-masa transisi. Dalam transisi ini,remaja diharapkan untuk dapat menjalani
dan berhasil dalam dua tugas pertumbuhan dan perkembangannya. Tugas pertama
adalah tugas untuk bisa tumbuh dan berkembang secara individu (individual
growth and development). Tugas kedua, adalah(menururt WHO), tugas
untuk bisa berkembang secara social,diantaranya melanjutkan sekolah,mencari
pekerjaan,membentuk keluarga,menjadi anggota masyarakat dan mempraktekan hidup
sehat .
Dan untuk mencapai tujuan transisi perkembangan tersebut,remaja
haruslah di bantu dalam perencanaan masa depannya (GENRE). Diantaranya membantu
merencanakan pendidikannya,berkeluarga dan profesi. Itu semua harus
direncanakan sejak dini guna pencapaian yang baik dan maksimal. Dan proses
perencanaan itu harus disertai dengan penerapan pola hidup sehat ,terhhindar
dari free sex,NAPZA,HIV/AIDS dan perilaku berisiko lainnya agar perencanaan itu
tidak sia-sia.
Membantu remaja menjadi GENRE tidaklah untuk para remaja yang masih
sehat dan belum berisiko saja. Bagi remaja yang sudah terjangkit kedalam virus
kenakalan remaja, tentulah menjadi PR serius bagi para pemerhati yang peduli
pada remaja. Terdapat dua pilihan dalam hal ini,apakah Stagnan atau dinamis
,sendiri atau kelompok. Cara mengatasinya adalah perlu adanya pendekatan
kelompok sebaya guna memberikan motivasi dan informasi baru bagi mereka. Karena
menurut survey,remaja cenderung terpengaruh oleh sebayanya,yakni sekitar 71 %
dari pada orang tua yang hanya 31% (BKKBN,2010).
Jika semua element membantu dalam perencanaan masa depan remaja.
Maka tujuan itu akan mendapatkan multi effect (hasil) yang akan
dirasakan sekarang dan nantinya. Yakni, tercapainya ketahanan remaja yang sehat
serta menjadi idola bagi sebayanya , terjaminnya keberlangsungan perkembangan
remaja dengan disertai meningkatnya rata-rata pengetahuan remaja tentang
kesehatan remaja yang akhirnya tercapai perencanaan masa depan yang dinamis.
Majulah Remaja GENRE.
Langganan:
Postingan (Atom)